ABCDE Love
Suasana malam hari begitu hening. Nazayla Putri Darwonto, yang akrab di
sapa `Ayla’ ini adalah mahasiswi lulusan
ekonomi akuntansi di salah satu Universitas Negeri Paman Sham-Amerika. Gadis
22 tahun yang mempunyai paras wajahnya yang cantik, berambut pendek, dan
tentunya dia perempuan yang cerdas, karena dia mendapatkan beasiswa untuk
kuliah disana. Esok hari dia berencana untuk pulang kekota kelahirannya
Indonesia dan tidak akan balik lagi ke Amerika. Dia menyiapkan segala sesuatu
yang akan dibawanya ke Indonesia, termasuk oleh-oleh untuk ayah dan adik
laki-lakinya. Ibunya sudah meninggal saat melahirkan adik bungsunya.
Krriiinggg.. Tepat jam 07:00 waktu setempat, jam wacker yang berbentuk doraemon berdering kencang. Ayla tidak
terbangun, alarm di handphone yang
telah di stelnya tadi malam telah berbunyi tepat jam 07:15, karena dia tahu
kalau dia paling susah bangun. Setelah mendengar alarm di handphonenya, Ayla terbangun dan terkejut.. ‘’Haaaa..
Sudah jam segini’’ Dia bergegas bangun dan mengganti baju, ketika itu dia tidak sempat mandi karena
sudah deadline jam 08:00 keberangkatan
pesawat. Ayla menggambil koper, passport, dan juga handphone yang masih di
tempat tidur. Waktu sudah menunjukan pukul 07:30. Dia menggunci pintu dan
memberikan kepada orang yang telah menyewakan rumah tersebut kepada Ayla. Dia
berpamitan kepada Ny. Weasley dan tanpa berpikir panjang dia berlari menuju
stasiun untuk menunggu taksi yang akan membawanya ke bandara Internasional.
Taksi yang di tunggu Ayla telah datang, dia melambaikan tangan kearah
taksi tersebut. Tetapi ada seorang pria yang dengan tidak berdosa langsung
menyetop taksi itu dan menaikinya. Dengan raut wajah yang kesal, dia
menghampiri taksi tersebut. ‘’Heh!, saya kan yang melambaikan tangan kearah
taksi ini.’’ Laki-laki itu tidak menggubris perkataan Ayla, dan menyuruh taksi
itu jalan. ‘’Tidak bisa begitu dong, saya yang duluan..’’ Melihat kemarahan
Ayla, pak supir taksi itu langsung menyuruh untuk Ayla dan laki-laki itu naik
bersamaan. Lalu mereka menjawab ‘’Tidak…!!’’ Yasudah kalau tidak mau, kalian berdua turun saja!
Sahut supir taksi tersebut. ‘’Huh.. baiklah saya naik’’ jawab Ayla. Lalu, Supir
taksi itu menaruh barang-barang yang telah di bawa Ayla ke bagasi. ‘’Mau kemana
nona dan tuan ini?’’ Tanya nya. ‘’Bandara’’ serentak Ayla dan Ben. Ben adalah
laki-laki yang cuek, pemarah, egois, tetapi baikhati dan sayang kepada mama
serta omanya.
Sesampai di Bandara, Ben langsung menggambil koper dan pergi begitu saja.
Dengan rasa marah, Ayla memanggil ben. ‘’Hey!! Jangan kamu belum membayar
taksinya..’’ Ben tidak memperdulikan perkataan Ayla. Sial sekali saya jumpa
dengan laki-laki itu. ‘’Ini pak uangnya.’’
Di pesawat, Ayla mencari kursih yang telah di booking semalam. Ternyata kursih Ayla berada di depan kursih Ben.
‘’Ini kan cowok tengil busuk di taksi itu.’’ Nggumalan Ayla. Dia menghampiri
Ben dan bertanya dengan kesal ‘’Heh.. Ganti itu uang taksi saya!’’ Tidak satu kata pun kata yang keluar dari
mulut Ben. ‘’Kamu tuli atau bisu??’’ Bentak Ayla. Tetapi Ben tidak menggubris
apapun dari perkataan Ayla. ‘’Aiisssh dasaarrr!!’’ (sambil menunjuk kearah ben)
Tiba-tiba, ada seorang laki-laki yang menabrak Ayla dan tidak sengaja Ayla
mencium pipi Ben. Maaf, saya tidak sengaja.. Ayla langsung mengusap bibirnya.
‘’Amit-amitt aku bisa mencium pipi cowok tengil busuk itu!!’’ kesal Ayla.
Karena tidak di gubris omongan Ayla, laki-laki yang telah menabraknya membawa
Ayla menjauh dari Ben. Lalu, meminta maaf lagi kepada Ayla. ‘’Iya tidak apa-apa.’’
Jawab Ayla. Yasuda.. saya pergi dulu ya, karena teman-teman saya telah
menunggu.
18 jam telah di pesawat, akhirnya sampai juga di kota tercinta
‘Indonesia’ tepatnya di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Ayah Ayla telah
menunggunya di bandara. Ayla turun dari pesawat mencari ayahnya. ‘’Ayla..’’ teriak
ayahnya. Ayla mencari dimana arah suara tersebut, ternyata suara tersebut
adalah suara ayahnya. Mereka langsung berpelukan, melepas rasa rindu selama 4
tahun tidak bertemu. Di bandara yang sama Cheri, calon pacar Ben yang cantik,
baik tetapi possessive terhadap Ben.
‘’Kak beeen’’ panggil Cheri, Cheri langsung memeluk erat Ben. Ben yang hanya menganggap
Cheri sebagai adiknya, langsung melepaskan pelukan Cheri dan mengajaknya
pulang, karena sudah tidak sabar untuk bertemu dengan mama, oma dan adik
laki-lakinya. Ketika berjalan mau keluar dari bandara, Ayla dan Ben berpapasan.
Tiada satu kata yang keluar dan dengan tatapan benci melihat Ben, Ayla mengajak
ayahnya pulang. Di bandara itu pula, Ayla dan laki-laki yang menabraknya di
pesawat itu bertemu. ‘’hey, kamu yang di pesawat itukan?’’ Tanya Ayla. ‘’Saya
Dennis, salam kenal’’ jawab Dennis. ‘’Aku Ayla dan ini ayahku yang tercinta
hehe..’’ (Sambil menjabat tangan Dennis) ‘’Halo om apakabar?’’ (menjabat tangan
ayah Ayla) ‘’Alhamdulillah sehat’’ Maaf om dan Ayla, Dennis buru-buru karena
teman-teman sudah menunggu. ‘’Yasudah pergi sana, gih’’ jawab Ayla. ‘’Sepertinya
anak laki-laki itu baik dan kamu juga suka sama dia ya?’’ goda ayah Ayla. Haha
ayaaaaah, muka dia memerah dan meminta untuk bergegas pulang. Tetapi, dia
bingung kenapa adiknya tidak ikut menjemputnya di bandara. Ayah menjelaskan
kalau adiknya sedang berada di rumah temannya. Ayla dan ayahnya menaiki taksi
untuk sampai di rumah
Sesampai di rumah, dia ingin menceritakan segala sesuatu yang telah di
alami di Amerika. Tetapi, ayah Ayla menyuruh agar Ayla mandi dan langsung
makan malam buatan ayahnya. Dia menuruti perintah ayahnya dan bergegas kekamar.
Belum sampai dikamar, telah ada banyak bunga anggrek kesukaan Ayla. Ternyata
dia mendapatkan surprise dari adik
laki-laki dan ayahnya. ‘’Surprise..’’
teriak adiknya. ‘’Wow.. Fariiiiid’’ (dengan mata berkaca-kaca) dia memeluk
adiknya. Adiknya juga memberitahu kalau ini adalah rencana ayah juga. Ayla memeluk
erat adik dan ayahnya. ‘’Tuhan.. terima kasih, keluarga ini adalah anugerah
terindah yang saat ini kupunya. Walaupun tiada ibu lagi disisi Ayla, pasti ibu
tersenyum melihat kami disini dari Syurga sana’’ doanya dalam hati. ‘’Uda ahh
sedih-sedihnya, Ayla mandi dan turun lagi kebawah untuk makan masakan spesial
yang ayah buat yaa..’’ ayahnya berkata. ‘’Siap bos!’’ candaan Ayla.
Setelah menuju kamar, Ayla melihat banyak boneka doraemon di kasur.
‘’Pasti ayah dan farid’’ ucapan Ayla dengan tersenyum kecil di raut wajahnya.
Dia bergegas pergi kekamar mandi, setelah selesai merapikan diri, dia membawa
oleh-oleh yang telah dibawa dari Amerika. Dia memberikan oleh-oleh kepada
ayah dan Farid. ‘’Terima kasih kak, bagus banget jam dan sepatu ini’’ jawab
Farid. Ayahnya juga di hadiahkan 1 pasang pakaian, sepatu, dan jam. Ayahnya
tersenyum bahagia melihat anak perempuannya sudah bisa membeli hadiah untuknya.
Melihat senyuman dari bibir ayahnya, Ayla menitihkan air mata. Dia sudah lama
tidak melihat ayahnya tersenyum begitu bebas setelah kepergian ibunya. ‘’Ayo
kita makan, perut Farid sudah dangdutan ini’’ pinta Farid. Setelah makan, ayah
menyuruh Ayla beristirahat karena raut wajah Ayla yang begitu lelah.
Di lain tempat, Ben telah sampai juga di rumah. Mama dan adiknya Efran
telah menyambut dengan pelukan penuh kasih sayang. ‘’lho?! Oma kemana,
ma?’’tanya Ben ‘’Ada tuh di dalam kak, ayo kita masuk, kita temui oma’’ pinta
Efran. Di dalam rumah oma Ben telah menyiapkan berbagai masakan dan kue enak
buatan oma dan mamanya. Tetapi sangat di sayangkan papa Ben tidak bisa
menyambut kepulangan Ben, karena tugas kantor yang menyuruh papanya ke negeri
sakura, Jepang. Sejak kecil dia selalu ditinggal keluar kota maupun negeri oleh
papanya, maka dari itu Ben benci dengan papanya sendiri.
Mereka makan malam bersama tanpa kehadiran papa dari Ben dan Efran. Raut
wajah yang kesal tampak di wajah Ben. Tiada satu kata dari Ben yang menghiasi
makan malam itu. Sehabis makan malam, Ben langsung pergi kekamar dan tidur
tanpa membuka pakaian yang telah di kenakan waktu dia masih di bandara. Mama
Ben menghampiri kamar Ben dan melihat Ben sudah tertidur pulas. Mamanya membuka
sepatu, menyelimuti, dan mengelus rambut Ben sambil berkata ‘’Ben, kamu jangan
pernah membenci papamu walaupun dia selalu sibuk, tetapi dia adalah seorang
laki-laki yang bertanggung jawab yang telah membiayai kita sampai sekarang ini.
Sayangi papamu selalu’’ (mencium kening Ben). Mama keluar dari kamar sambil
mematikan lampu, tampak setitik air mata yang keluar dari pancaran sinar matanya.
Dia juga begitu merindukan suaminya yang sudah sebulan disana. Setiap hari papa
mengabarkan keadaan melalui via telefon, tetapi di benak mama sangat ingin
bertemu. Tiba-tiba telefon dari handphone mama berbunyi (Kau begitu sempurna,
dimataku kau begitu indah..)
‘’Hallo pa..’’
‘’Maaa, papa 3
hari lagi akan pulang ke Jakarta.’’
‘’Serius pa??’’
‘’Iya sayang..
kamu masak yang enak ya waktu papa pulang. Tunggu papa ya..’’
‘’Oke deh.. Good
night sayang’’
‘’Good night,
too. Bye’’ titt-titt… (telefon terputus)
Dengan tersenyum
di bibir mama dan air mata yang masih melekat di matanya, mama berbaring tidur
dengan pulas..
(Keesokan hari..) ‘’kak Aylaaa, kak Aylaa bangun.. waduh, kenapa tidak
bangun juga? Mungkin bentar lagi bangun kali ya’’ nggumal farid. 5 menit kemudian ayah menanyakan kemana kak
Ayla, ku jawab ‘’kak Ayla masih tidur, yah’’ ‘’Ayla memang susah bangun pagi,
mirip seperti ibu waktu masih gadis..’’ jelas ayahnya. Setelah selesai sarapan,
ayah pergi mengantar Farid ke sekolah dan ayah pergi kekantor. Ayah bekerja
sebagai chef di sebuah perusahaan makanan yang terkenal di Jakarta. Sebelum
pergi Ayah menulis memo ‘’Ayla, ayah sudah menyiapkan sarapan pagi untuk kamu.
Jangan lupa mengunci pintu sekarang musim perampokan, nak..’’
Disaat ayah sedang memasak, para karyawan pada sibuk. ‘’Ada apa ini?’’
Tanya ayah kepada teman chefnya ‘’kata mereka anak pemilik restoran ini akan
datang dari Amerika, dan kita diperintahkan untuk menyambut kedatangannya’’
jawab teman ayah. Tidak disangka-sangka
ternyata anak pemilik restoran itu adalah Dennis, ayah langsung kaget.. setelah acara penyambutan itu selesai, Dennis
menghampiri ayah untuk bebincang. Hanya beberapa menit mereka berbicara, Dennis
sudah di panggil untuk keruangan papanya. ‘’Anak yang rajin dan baik’’ ayah
memuji Dennis.
Kondisi berbeda tampak di rumah Ben, ketika oma ingin membangunkan Ben.
Ternyata Ben sudah tidak ada di kamarnya. Oma sudah tau kalau Ben pergi ke
danau dengan berjalan kaki, ‘’Anak itu jika sudah marah begini pasti pergi
kesana’’ pemikiran oma. Selang beberapa menit, Cheri datang membawa makanan
yang telah di masaknya. ‘’Permisi..’’ Efran membukakan pintu, ‘’Eh kak
Cheri..’’ dia menyapa Cheri dengan senyum-senyum. Dia memang menyukai Cheri
dari beberapa tahun yang lalu sebelum Ben mengenal Cheri. Dia bertemu Cheri,
ketika itu ada situasi kecelakaan. Ayah Cheri meninggal dunia ketika
mengendarai mobil bersama Cheri. Tetapi Efran menyelamatkannya dari mobil yang
menimpa mereka. hanya dia saja yang merawat Cheri di rumah sakit. Setelah 2 minggu di rawat, Cheri bisa pulang.
Cheri sekarang tinggal bersama ibu. Ibunya adalah pengusaha di bidang makanan,
bisa di katakan fatner kerja ayah Dennis.
Dennis dan Cheri sudah di jodohkan, tetapi Cheri tidak menyukai Dennis.
Cheri hanya menyukai Ben. Setelah Cheri sembuh
total, Efran membawa Cheri main kerumah. Disana bermula Cheri berjumpa
dengan Ben dan menyukainya dari pandangan pertama. ‘’Siapa yang datang Efran?’’
Tanya oma. ‘’Oh ini oma, kak Cheri yang datang’’ jawab Efran. Oma sangat
menyukai Cheri karena status sosial keluarganya, ibunya yang seorang pengusaha
makanan, sedangkan Cheri lulusan magister
di Universitas terkenal di Jakarta. Bisa dikatakan sederajat dengan
keluarganya. Setelah berbincang dengan
oma, dan mama Ben. Dia menanyakan keberadaan Ben, ‘’Ben di danau, Cher’’ jawab
oma. Cheri langsung bergegas menyusul Ben di danau.
Ketika Ayla berjalan pagi, dia melihat ada seorang laki-laki yang
sedang duduk di batu memandang air yang
ada di danau tersebut. Dia menghampiri laki-laki itu. Dia terkejut setelah dia
melihat Ben yang sedang duduk di batu tersebut. ‘’Heh!! Kamukan cowok tengil
busuk yang di bandara itu… kembalikan uang saya’’ tetapi lagi-lagi Ben tidak
menggubris perkataan Ben. Dengan kesal dia
memijak kaki Ben. ‘’Aaaduh! Apa-apaan
lo?’’ bentak Ben. ’’Kembalikan uang saya?!!!’’ Ben tidak menjawab dan pergi
meninggalkan Alya, pada saat Alya ingin mengejar Ben, kaki Alya tersandung
bebatuan. Sehingga terjatuh, tangan Ben refleks dan menangkap Alya. Alya
terjatuh didalam pelukan Ben, dengan singkat mereka bertatapan wajah. Ketika
itu, Cheri datang ke danau dan menjumpai Ben dan Alya sedang berpelukan. Dengan
wajah cemburu Cheri menyapa Ben, ‘’kak ben!’’
teriak Cheri sambil menghampiri Ben. Setelah mendengar suara Cheri, Alya berusaha bangkit, tetapi kaki kirinya
keseleo sehingga tidak dapat di gerakkan. Ben mendorong badan Alya dan pergi
meninggalkannya dan menjumpai Cheri. ‘’Aduh.. kakiku sakit sekali’’ jerit Alya,
Ben dan Cheri tidak menggubris permintaan
tolong Alya. Alya pulang dengan kaki pincang dan rasa kesal di diri dia. ‘’Awas
kalau ketemu sama cowok busuk itu lagi!, aku jambak rambutnya.. Aaarrrgght!’’
Di mobil, Cheri mengintrogasi Ben tentang Alya. Dia menanyakan siapa
perempuan itu dan kenapa bisa berpelukan. Ben menjelaskan secara singkat
kejadian di danau tadi. Cheri terus membahas Alya, karena Ben kesal. Mobil yang
di stir Cheri disuruh menepi, Ben turun dari mobil. Ben pulang dengan berjalan
kaki, karena merasa bersalah Cheri mengejar dan meminta maaf kepada Ben. Dia
sudah terus membahas tentang Alya. Melihat raut wajah Cheri yang merasa
bersalah, akhirnya Ben kembali ke mobil dan memaafkannya.
Alya yang kaki keseleo berjalan dengan kesakitan. Di tengah jalan, dia
berjumpa adiknya yang telah pulang dari sekolah. Adiknya sedang dalam masa
ujian, jadi pulang sekolah cepat. Farid
merasa kaget melihat kaki
kakaknya pincang. ‘’kakak kenapa? Kok bisa pincang begini? Siapa yang
buat kaka pincang?’’ Tanya Farid. ‘’Nanti kakak jelasin sesampainya kita di
rumah’’ jawab Alya. Dengan perlahan mereka berjalan. Sesampai di rumah, dia
menjelaskan semua kepada Farid. Dengan wajah yang marah, Farid tidak terima
kalau kakaknya di sakiti secara fisik. Tingtonggg.. (Bel rumah berbunyi) Farid
membukakan pintu. Ternyata Efran datang mengajak Farid bermain PS3. ‘’siapa
Rid?’’ Tanya Alya. ‘’Teman Farid kak’’ jawabnya. Efran masuk rumah dan bertemu
dengan Alya untuk meminta izin mengajak Farid bermain PS3. Dia mengizinkan,
tetapi dia melarang Farid untuk pulang kesorean. ‘’Siap Bos!’’ sahut Farid.
Mereka telah pergi keluar rumah, Alya tinggal di rumah sendirian. Dia menunggu
ayahnya pulang sampai ketiduran, ayahnya biasa pulang jam 6 sore. Wajah lelah
selalu di tampakkan Alya karena pada saat di
Amerika, dia selalu begadang untuk mengerjakan tugas-tugas dari dosen. Tidak terasa waktu berlalu, ayahnya pulang dari kerjaan dan Farid juga sudah pulang dari jam 5 tadi. Melihat Alya tidur pulas, Farid tidak berani membangunkannya. Ketika Ayla bangun, makanan sudah siap di meja makan. Ayah menyuruh Ayla bersiap-siap untuk makan malam. Di meja makan, ayah menceritakan semua kejadian yang terjadi di restoran tempat ayah bekerja. Salah satunya tentang Dennis. ‘’Ayah kagum melihat Dennis, kamu masih ingat laki-laki itu kan Ay? Tanya ayah. ‘’Dennis mana yah? Hmm.. Dennis yang Alya temuin pas di pesawat itu?’’ Alya bingung. Ketika dia bingung, ayah tersenyum kecil dan menjawab pertanyaannya. Ayahnya menjelaskan latar belakang Dennis dan keramahan sikap yang di tunjukan Dennis ke ayah. ‘’Kamu tidak suka sama Dennis? Suka dong, dia kan baik. Yakaan?’’ goda ayah kepada Alya. ‘’Ayaaaah ntahapa aja ih...’’ pipi merah merona ketika ayah menggoda Alya tentang Dennis.. ‘’Haha.. kalau ada waktu, nanti ayah bawa Dennis kesini’’ goda ayah lagi. Ketika ayah menggoda Alya, Farid menyambar perkataan ayah, ‘’yah, nanti kita nikahi saja kak Alya dengan bg Dennis. Ciye-ciyee…’’ merasa tambah malu dan merona di pipi, Alya langsung menyelesaikan makan dan cuci piring. Di dapur Alya terus terbayang perkataan ayah dan Farid sambil tersenyum kecil di pipinya..
Amerika, dia selalu begadang untuk mengerjakan tugas-tugas dari dosen. Tidak terasa waktu berlalu, ayahnya pulang dari kerjaan dan Farid juga sudah pulang dari jam 5 tadi. Melihat Alya tidur pulas, Farid tidak berani membangunkannya. Ketika Ayla bangun, makanan sudah siap di meja makan. Ayah menyuruh Ayla bersiap-siap untuk makan malam. Di meja makan, ayah menceritakan semua kejadian yang terjadi di restoran tempat ayah bekerja. Salah satunya tentang Dennis. ‘’Ayah kagum melihat Dennis, kamu masih ingat laki-laki itu kan Ay? Tanya ayah. ‘’Dennis mana yah? Hmm.. Dennis yang Alya temuin pas di pesawat itu?’’ Alya bingung. Ketika dia bingung, ayah tersenyum kecil dan menjawab pertanyaannya. Ayahnya menjelaskan latar belakang Dennis dan keramahan sikap yang di tunjukan Dennis ke ayah. ‘’Kamu tidak suka sama Dennis? Suka dong, dia kan baik. Yakaan?’’ goda ayah kepada Alya. ‘’Ayaaaah ntahapa aja ih...’’ pipi merah merona ketika ayah menggoda Alya tentang Dennis.. ‘’Haha.. kalau ada waktu, nanti ayah bawa Dennis kesini’’ goda ayah lagi. Ketika ayah menggoda Alya, Farid menyambar perkataan ayah, ‘’yah, nanti kita nikahi saja kak Alya dengan bg Dennis. Ciye-ciyee…’’ merasa tambah malu dan merona di pipi, Alya langsung menyelesaikan makan dan cuci piring. Di dapur Alya terus terbayang perkataan ayah dan Farid sambil tersenyum kecil di pipinya..
‘’Lagi-lagi makan malam ini tanpa orang itu’’ nggumal Ben. ‘’Siapa maksud
kamu, ben? Tanya mama. Ben menjawab dan langsung pergi kekamar tanpa melanjutkan
makannya. Efran mengejar kakaknya serta menjelaskan kalau papa akan pulang 2
hari lagi, tetapi Ben tidak memperdulikan perkataannya. Rasa kecewa lagi dan
lagi ada terhadap diri Ben, dia seperti anak yang di lahirkan tanpa seorang
ayah. Di samping itu, rasa yang sama juga di rasakan oleh Efran. Efran langsung
menghampiri kamar Ben. Di sana mereka berdua bercerita tentang indahnya punya
seorang ayah yang selalu menemani mereka bermain, tertawa, sedih setiap saat.
Sedangkan papa mereka berdua sangat jarang ada waktu untuk mereka. Hanya
beberapa hari tinggal di rumah, selebihnya tugas ke luar kota maupun negeri.
Air mata Efran tidak sengaja jatuh, Ben memeluk adik kesayangannya itu.
Keesokan harinya, bel rumah Ayla berbunyi “tingtongg..”
Farid, bukakan
pintu dulu.. Iya kak “sahut farid” Farid berlari menghampiri pintu dan membuka
pintu. Di depan pintu terlihat seorang laki-laki berparas tampan yang memakai
baju jas rapi.“Siapa ?” Tanya Farid. Saya Dennis teman kantor ayah kamu.
“Siapa yang datang rid?” Jerit Ayla, tiada jawaban yang dihanturkan Farid.
karena penasaran Ayla menghampiri Farid dan melihat siapa yang sedang berada
diluar. Dengan terkejut Ayla melihat lelaki yang disukainya telah berada di
depan rumahnya.
Dennis.. “sapa
Ayla”
Hai Ayla,
apakabar?
Dengan raut
wajah yang bahagia, Ayla menyuruh Dennis masuk kedalam tanpa menghiraukan Farid
yang sedang di sebelahnya. Farid mulai menyadari tingkah aneh kakaknya itu.
“Ayla.. Farid.. sarapan dulu nak” panggil ayah sambil berjalan menghampiri
mereka, tetapi ayah tidak mengetahui kedatangan anak pemilik restoran tempatnya
bekerja. ‘’Dennis.. kok bisa tau rumah saya?’’ Tanya ayah. “Iya om, semalam
saya bertanya kepada pak David.” Jawab Dennis. Pak David itu adalah manager
perusahaan tempat ayah Ayla bekerja. “Ada apa kesini, nak?” Tanya ayah. ‘’Saya
ingin mengetahui kehidupan seorang chef, secara ringkas saya ingin membuat
sebuah riset untuk menambah wawasan saya tentang dunia kuliner’’ jelas
Dennis. Di meja makan sudah tersedia berbagai macam makanan yang telah dibuat ayah. Seketika mereka berbincang "Kak Dennis menginap saja disini, kak Ayla pasti senang sekali" kaki Ayla langsung menginjak kaki Farid untuk berhenti berkata yang bukan-bukan, tetapi kaki menginjak kaki Dennis.
Dennis: "Aduuhhh!"
Ayah: "Kenapa Dennis?"
Dennis: "Kaki saya ada yang menginjak om"
Farid: "lho? wajah kak Ayla kok merah gitu??? Hayo pasti kakak yang nginjak kaki kak Dennis.. ehhmm
Ayla: (Pergi meninggalkan meja makan)
Farid: "kaaaak Al...
Ayah: "Sudah-sudah, kembali makan"
Di kamar Ayla masih memikirkan sebab wajah ia memerah saat Dennis datang dan ketika ia mengijak kakinya. Ayla menganggap ini ada rasa yang sering terjadi ketika seorang perempuan sudah mengalami masa peralihan, perasaan ini mutlak dimiliki semua makhluk ciptaan Tuhan. Tetapi disaat ia memikirkan Dennis, timbul fikiran terhadap laki-laki yang telah membuat kesal yaitu Ben. "Aaaaaaaaaa.. Lenyaplah!" Ayla mengabaikan dan langsung bergegas untuk kembali ke meja makan.
To be continue..
Dennis: "Aduuhhh!"
Ayah: "Kenapa Dennis?"
Dennis: "Kaki saya ada yang menginjak om"
Farid: "lho? wajah kak Ayla kok merah gitu??? Hayo pasti kakak yang nginjak kaki kak Dennis.. ehhmm
Ayla: (Pergi meninggalkan meja makan)
Farid: "kaaaak Al...
Ayah: "Sudah-sudah, kembali makan"
Di kamar Ayla masih memikirkan sebab wajah ia memerah saat Dennis datang dan ketika ia mengijak kakinya. Ayla menganggap ini ada rasa yang sering terjadi ketika seorang perempuan sudah mengalami masa peralihan, perasaan ini mutlak dimiliki semua makhluk ciptaan Tuhan. Tetapi disaat ia memikirkan Dennis, timbul fikiran terhadap laki-laki yang telah membuat kesal yaitu Ben. "Aaaaaaaaaa.. Lenyaplah!" Ayla mengabaikan dan langsung bergegas untuk kembali ke meja makan.
To be continue..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar